“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Jumat, 14 Oktober 2011

Benarkah Perempuan Itu Dari Venus?

Men are from Mars, Women are from Venus (Dipublikasikan Bulan Mei 1992) adalah buku karangan John Gray . Dalam buku itu Gray menawarkan cara-cara untuk meningkatkan hubungan heterosexual suami istri. Ia menulis buku tersebut berdasarkan pemikiran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki apa yang ia sebutkan sebagai diametrically different communication styles, emotional needs and personal values yang berbeda satu dengan yang lain. Buku itu sangat laris dijual, menjadi best seller dijamannya. Karena bagi banyak pasangan, mereka banyak belajar tentang bagaimana meningkatkan keharmonisan mereka.

Tapi saya bertanya-tanya dalam hati saya, benarkah bahwa perempuan yang saya sayangi itu datang dari Planet Venus?. Dan saya dari Planet Mars?

Perempuan berasal dari Venus, laki-laki dari Mars. Keduanya berbeda, amat berbeda. Masing-masing dengan kekurangan dan kelebihannya. Perempuan memang berasal dari laki-laki. Tetapi laki-laki jangan lalu merasa super, karena laki-laki dilahirkan oleh perempuan. Laki-laki adalah Mars, dewa peperangan. Perempuan adalah Venus, dewi kecantikan. Karena itu, mereka berbeda.

Perbedaan bisa menjadi konflik dan kesalahpahaman. “Saya betul-betul tidak mengerti suami saya. Susunan pemain kesebelasan sepakbola di Liga Italia dia hafal, tetapi hari ulang tahun isterinya dia tidak ingat.” Suami juga begitu, “Perempuan itu betul-betul makhluk aneh. Kemarin isteri saya telepon berjam-jam. Berjam-jam! Untuk ngomongin apa, coba? Mending kalau ngomongin kurs dolar. Ini? Merk Shampo! Model baju! Dan itu dilakukannya berjam-jam!”

Akan tetapi perbedaan, bila kita pahami dan kemudian kita terima, adalah modal besar untuk saling mengisi dan saling menolong. Ray Mossholder, dalam bukunya Marriage Plus, menjabarkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki, ia juga menguraikan tentang bagaimana perbedaan-perbedaan itu dapat saling melengkapi. Buku yang sangat layak masuk perpustakaan anda. Baik anda yang sudah menikah, maupun yang lagi persiapan untuk itu.

Saya sebagai laki-laki ternyata lebih banyak bersikap dan bertindak atas perintah otak kiri saya: dengan akal, dengan rasio. Perempuan yang aku sayangi itu, yang katanya dari Venus itu, lebih banyak dikuasai oleh otak kanannya. Bukan “rasio” tapi “rasa”.

Nah, mana yang lebih pantas diikuti: rasio atau rasa? Akal budi atau suara hati?

Tentu saja, yang baik adalah ketika keduanya berpadu dengan serasi. Emosi yang meledak-ledak dan semangat yang menggebu-gebu perlu direm dan diredam dengan logika, supaya terkendali. Ekonomi saja kalau “overheated” perlu didinginkan, apalagi emosi. Tetapi logika juga perlu dihangatkan, diberi gairah, diberi semangat dengan emosi. Ibarat makan, ada sambalnya. Heeeeem…sedaaaaap. Alangkah tidak enaknya hidup dalam sebuah kehidupan yang hanya dikuasai oleh logika. Kepingin tertawa, tunggu dulu!, masuk akal tidak? Mau kasih sun sayang ke isteri, harus berpikir dulu, apa logikanya? Enak nggak hidup seperti itu? Oleh karenanya, keduanya harus saling mengisi, saling membutuhkan. Rasio dan rasa.

Laki-laki itu memang adalah makhluk rasional. Ia menganalisis, memakai logika, kalau perempuan berintuisi. Kemarin itu, paman saya lagi dagang sama tamunya. “Wah ini sudah pasti untung. Lihat saja perhitungannya. Beli sekian, jual sekian. Ongkos sekian. Yang mau menjual bahannya ada. Yang mau membeli produknya ada. Yang mau tolong menjualkan ada. Apa lagi? Ambil!” Demikian paman saya, semangat bertransaksi bisnis dengan tamu itu.

Lalu, istrinya, tante saya keluar dari kamar “Pssst, pa! sini dulu, ada sesuatu!” Sampai di belakang, istri paman saya bilang “Pa, jangan diterusin deh. Menurut firasat saya, orang itu nggak bisa dipercaya. Nakal!” Paman naik pitam. “Gila apa kamu? Bagaimana sih bilang begitu, padahal kenal juga tidak? Lihat nih, perhitungannya. Kita akan untung sekian, ini kesempatan, Ma!” Paman kelihatan ngotot banget. “Jangan deh, Pa! Saya tidak bisa menjelaskan, tetapi hati saya tidak enak”. Paman memilih untuk jalan terus. Ternyata isterinya benar. Orang itu penipu.

Perempuan itu kayaknya punya antena yang tidak kelihatan, yang bisa menangkap gelombang yang tidak kelihatan pula. Beberapa tahun yang lalu, universitas nomor satu di Amerika Serikat, Universitas Harvard, melakukan sebuah penelitian yang makan waktu 6 tahun untuk menyelidiki 6.000 orang dari segala usia dan berasal dari seluruh dunia. Hasilnya, secara ilmiah dapat dibuktikan, bahwa wanita itu jauh lebih kuat daya intuisinya. Psikolog Judith Hall mengatakan, perempuan itu teristimewa amat kuat dan peka intuisinya merasakan hal-hal anyasm, dengan melihat tingkah laku atau sorot wajah seseorang. Karena itu kata Judith Hall, “Wanita jauh lebih hebat daripada laki-laki dalam komunikasi non-verbal. Walaupun saya tidak tahu apa sebabnya.”

Tapi saya percaya, perempuan memiliki intuisi yang kuat karena Tuhan yang memberikannya. Hikmat (hokma, sofia) itu gendernya “perempuan (feminim)”. Bukan “laki-laki (maskulin)”. Karena itu, para suami, anda boleh jadi pemain watak yang istimewa, tetapi rupa-rupanya anda tidak bisa membohongi hati kecil isterimu.

Tunggu dulu!, perempuan jangan bangga dulu! Intuisi pun ada bahayanya. Bahkan besar bahayanya. Apalagi kalau sudah terlalu percaya kepada intuisi sendiri. Batas antara intuisi dan praduga itu sangat tipis. Dan intuisi tentu saja bisa salah. Hawa, dengan intuisinya, salah menebak maksud tersembunyi dari Iblis. Seorang psikolog, Bill Gaultiere mengatakan, bahaya besar kalau orang sudah lebih mempercayai kata hatinya dari apapun juga disetiap saat.

Hal lain yang membedakan saya yang dari Mars ini dengan perempuan dari Venus itu, terlihat ketika kita berdua belanja di toko sepatu. Dalam 15 menit saya sudah dapat sepatu yang saya ingini dan ngajak calon isteri saya, perempuan dari Venus itu untuk pulang. Tapi ternyata dia baru mulai!

Benar, laki-laki lebih mementingkan hasil, perempuan mementingkan proses. Ini saya kira paling sering dialami para suami ketika menemani isterinya belanja.

Tujuan saya beli sepatu, that’s it. Calon isteri saya tidak. Yang nikmat itu bukan ketika dapat sepatu yang cocok. Tetapi keliling tokonya itu, pindah dari satu toko ke toko yang lain, dari satu lantai ke lantai yang lain, bahkan kalau bisa tawar menawar,— berjam-jam—itu yang nikmat. Laki-laki mementingkan hasil, perempuan mementingkan proses.

Banyaknya perbedaan laki-laki dan perempuan semakin meyakinkan saya, bahwa perempuan yang saya sayangi itu memang datang dari Venus. Tapi untuk lebih memastikan, akan saya anya besok,tepatnya di jalan apa ia tinggal di Venus sana…

Michael Sendow

Catatan:
Ibarat tangan, jari-jari adalah kelebihan dan ruas antara jari-jari itu kekurangan. Tangan kiri dan kanan harus dipersatukan, saling menggenggam untuk bisa menutupi segala kekurangan. Sungguh, laki-laki dan perempuan itu dipersatukan untuk saling melengkapi.

Download Gratis e-book Men are from Mars, Women are from Venus


Postingan Terkait



0 komentar: