“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Senin, 10 Oktober 2011

Serangan Jantung & Stroke Bisa Dicegah?

Serangan jantung selain stroke, sekarang menimpa usia yang lebih muda, dan kalangan mana saja. Tidak selalu sebab faktor turunan, lebih karena kesalahan gaya hidup, kalau mereka yang tak berbakat jantung koroner atau stroke, masih terkena juga. Lebih lantaran ulah sendiri, jika penyakit yang sebetulnya dapat dicegah itu, menimpa kita juga. Bagaimana mudah mencegah penyakit yang tak selalu perlu terjadi itu?

JANGAN sampai penyakit jantung dan stroke menimpa keluarga kita. Sekali ada anggota keluarga yang menjadi korban, orang serumah harus memikulnya bersama. Bagi keluarga, merawat pasien jantung dan stroke bukan urusan satu-dua tahun.

Bisa jadi pasien yang dirawat di rumah menjadi beban keluarga sepanjang sisa hidup. Dan itu bisa berarti ongkos dapur harus lebih dihemat, dan negara telanjur kehilangan sumber daya bangsa yang mungkin masih produktif. Apalagi jika yang menjadi korban tulang punggung keluarga. Kendati pasien jantung dan stroke masih bisa aktif bekerja, namun tak sebagus kinerja selagi masih normal. Maka seberapa bisa malapetaka itu jangan sampai singgah ke rumah kita. Bagaimanakah cara mencegahnya agar tamu tak diundang itu tidak datang?

Menjinakkan Faktor Risiko
Boleh dibilang hampir semua serangan jantung dan stroke sesungguhnya dapat kita cegah. Bagi yang berisiko terkena, perlu berupaya mengurangi semua faktor risiko yang diwarisinya. Sedang bagi yang tidak berisiko, jangan membiarkan risiko itu masuk dan bersarang dalam kehidupan.

Meniadakan faktor risiko penyakit jantung dan koroner berarti perlu ada usaha agar tubuh tidak gemuk, tak ada darah tinggi, tiada kencing manis, lemak darah tidak dibiarkan terus meninggi, bertekad untuk berhenti merokok, dan tidak memilih pola hidup yang memancing stres. Itu semua bisa diupayakan dengan cara lebih arif dalam makan, rajin bergerak badan, selain rutin minum obat.

Jangan menyerah pada keadaan. Mungkin ada bakat darah tinggi dan kencing manis. Dan itu bukan akhir segalanya. Obat dan cara hidup dapat mengendalikannya sehingga tidak harus merusak badan nantinya. Membiarkan keduanya merajalela, itulah kesalahan.

Dengan menghapus faktor risiko terserang jantung dan stroke, mereka yang membawa risiko bisa memiliki harapan hidup sama panjang dengan mereka yang tidak mewarisi risiko. Sebaliknya justru mereka yang sebetulnya tidak mewarisi risiko kena jantung dan stroke bisa mengundang risiko itu datang jika tubuhnya dibiarkan gemuk. Gemuk bisa berarti banyak. Lemak darahnya mungkin tinggi, bisa jadi ada kencing manis juga. Apalagi kalau tetap merokok, darah tinggi dan kencing manis yang diidap bukan karena warisan melainkan lantaran salah dalam pola dan gaya hidup, bisa menjadi petaka.

Tanpa diobati, membiarkan kedua penyakit menahun itu orang akan menanggung nasib yang sama buruknya dengan mereka yang mewarisi turunan berisiko. Fakta begini yang semakin banyak tumbuh dalam keluarga modern, yang kecukupan maupun yang serba kekurangan. Orang susah yang hanya mampu makan dengan ikan asin tiap hari mencetuskan darah tinggi juga yang mungkin bukan bakatnya. Konsumsi garam dapur berlebihan pencetus kebanyakan darah tinggi orang sekarang.

Kaya Miskin Sama Saja
Orang bisa mati akibat kekayaannya, bisa juga lantaran hidup serba kekurangan. Yang hidup kecukupan, berkelimpahruahan yang ditumpahkan ke dalam menu dan keliru dalam memilih gaya dan pola hidup itulah yang membawanya masuk ke dalam risiko terkena jantung, dan atau stroke.

Petaka yang sama dialami pula oleh yang karena kepapaan hidupnya sehingga membawanya jatuh ke dalam risiko terserang jantung dan stroke juga. Faktor peradangan (inflamasi) oleh kuman tertentu (Chlamydia sp) pada pembuluh darah, kini kedapatan menjadi salah satu penyebab terbentuknya penyumbat pembuluh koroner jantung dan otak (atherosclerosis). Itu berarti kaum papa berisiko kena jantung dan stroke juga.

Begitu juga dengan peran vitamin-mineral tertentu terhadap keutuhan pembuluh darah tubuh yang bisa juga dirusak oleh racun radikal bebas dari menu harian, polusi udara, atau dari mana pun datangnya.
Itu maka dibanding tubuh orang yang hidup kecukupan, tubuh orang papa lebih rentan terkena peradangan selain kekurangan vitamin-mineral sehingga nasib pembuluh darahnya sama buruk dengan orang kecukupan dalam hal terserang jantung dan stroke.

Kita tahu warisan bertubuh gemuk, darah tinggi, dan kencing manis sebagai faktor risiko kena penyakit jantung dan stroke, tidak harus berasal dari silsilah kelompok orang berkecukupan. Orang yang hidupnya susah dan membiarkan gemuk akan sama memikul risiko terserang jantung koroner, atau stroke-nya juga. Belum dihitung faktor stres terhadap kemunculan jantung koroner dan stroke.

Akibat kepapaan, ketidakmampuan, dan ketidak-terdidikannya, mengonsumsi menu murah yang mengandung racun radikal bebas menjadi penyebab lain serangan jantung dan stroke di kalangan kaum papa. Kita tahu dampak sosial penyakit jantung dan stroke bagi keluarga papa lebih tak terpikulkan. Selain kehilangan produktivitas, penyakitnya belum tentu tuntas terobati. Jika harus operasi bypass, atau dipasang cincin stent, yang ratusan juta rupiah, misalnya.

Kembali Hidup Pasrah Alami
Maka pilihan hidup kembali ke alam, siapa pun kita, sikap bijak hidup di alam modern. Menu alami, guyub dalam keluarga, sikap menerima, mengendurkan stressor, dan merasa cukup sebagai orang biasa.
Kita melihat dari tokoh-tokoh nama besar. Di antara mereka juga kalangan atlet. Kelihatan secara fisik mereka bugar. Tapi kalau nyatanya terserang jantung koroner atau stroke juga, itu karena stressor yang mereka pikul melebihi kemampuan ketahanan jiwa.

Orang kecil, yang hidupnya dirundung kesusahan memikul stressor yang berbeda. Namun sesungguhnya, sikap pasrah, dan positif terhadap stressor, tahu bahwa Tuhan bekerja, dan memberi jalan kepada kita, sikap pasrah sempurna insani. Tidak berharap lebih, tahu porsi sendiri, sikap mawas diri, merasa cukup untuk apa yang sudah Tuhan beri, merupakan bentuk kepasrahan total yang menyehatkan jiwa. Separo penyakit orang sekarang, faktor stres pencetusnya. Percuma badan sudah dibuat bugar, kalau jiwa getas dan rapuh. Percuma badan dan jiwa tegar, dirundung stressor tak berkesudahan jiwa akan kalah juga. Pada saat jiwa gagal menyesuaikan diri dengan stressor itulah, orang jatuh stres. Bentuknya bisa macam-macam. Salah satunya berupa serangan jantung, dan atau stroke.

Memilih makan sederhana, tidak berlebih, hidup santai, tidak mimpi muluk, nyaman dalam keluarga, bercengkerama dengan tetangga, merasa diri diterima orang lain, merasa memberi manfaat dan berkat bagi orang lain, dan hidup guyub, barangkali cara mudah dan murah membatalkan penyakit yang tidak sederhana dampaknya bagi anggaran keluarga, pekerjaan, dan beban keluarga di kemudian hari.

Dr. Handrawan Nadesul

(sumber: http://gkipi.org)

Postingan Terkait



0 komentar: